1. Kedatangan awal dan pembawanya (analisis teori-teori)
Masuknya pengaruh Hindu dan Budha hendaknya jangan dipandang secara sempit hanya dari sudut Agama saja, tetapi hendaknya lebih terhadap pengaruh kebudayaan. Indonesia sebelum kedatangan agama Hindu dan Budha telah dikenal dengan sistem kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Dahulu yang hanya mempercayai roh-roh dan benda keramat berubah menjadi sedikit lebih tertata baik disegi kebudayaan, pandangan hidup, sosial dan budaya.
Agama Hindu dan Budha berasal dari Jazirah India yang saat ini meliputi wilayah negara India, Pakistan, dan Bengladesh. Dari segi kepercayaan dan lahirnya kedua agama ini sangat jauh berbeda. Diperkirakan agama Hindu telah ada sekitar 1500 SM sementara Budha sekitar 500 SM, namun berkembangnya ke Indonesia hampir bersamaan.
Berkembangnya kedua agama itu tidak terlepas dari letak geografis Indonesia yang diapit oleh dua benua dan dua samudra telah menjadikan Indonesia sebagi suatu wilayah jalur perdagangan Internasional saat itu, yang tentunya sering disinggahi para pedagang mancanegara baik dari India, China, Arab dan Persia.
Semua pedagang yang singgah di Indonesia melakukkan hubungan interaksi sosial baik secara budaya maupun politik kepada masyarakat lokal, dan iitu yang membawa masuk agama dan budayaan mereka ke Indonesia.
Proses masukknya budaya dan agama itu mengundang tanda tanya siapa sebenarnya yang membawa masuk kedua agama itu ke Indonesia. Para sejarawan telah mengemukakan berbagai teori dan pandangan siapa pembawa agama itu.
Berikut ada 4 teori yang dikemukakan oleh sejarawan mengenai siapa pembawa agama Hindu dan Budha.
a. Teori Brahmana
Teori Brahmana dikemukkan oleh J. C. Van Leur bahwa golongan Brahmana lah yang sangat berperan penting dalam menyebarkannya ke Indonesia. J. C. Van Leur beralasan bahwa kita-kitab Weda hanya ditulis dan dipahami oleh golongan Brahmana sehingga tidak mungkin golongan lain bisa menyebarkannya ke Indonesia. Selanjutnya J. C. Van Leur mencontohkan bahwa pemimpin-pemimpin lokal yang mengundang golongan Brahmana untuk menyebarkan langsung diwilayah kekuasaan pemimpin-pemimpin lokal itu.
b. Teori Ksatria
Munculnya teori Ksatria dijelaskan oleh C.C. Berg, dimana agama Hindu dibawa langsung ke Indonesia oleh golongan Ksatria (para prajurit kerajaan). C.C. Berg beralasan bahwa diawal-awal tahun pertama Masehi telah terjadi perang dikalangan Istana, sehingga para prajurit mengusir pemberontak hingga keluar India, diperkirakan sampai di Indonesia. Dengan dasar inilah C. C. Berg mengungkapkan bahwa golongan Ksatrialah yang menyebarkan secara langsung agama Hindu ke Indonesia serta membentuk beberapa koloni.
c. Teori Waisya
Teori ini pada dasarnya menjelaskan bahwa masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia dibawa langsung oleh golongan Waisya, bahkan golongan Waisya itu yang paling dominan dan paling berjasa dalam menyebarkan kebudayaan dan agamanya di Indonesia. Golongan Waisya ialah suatu tatanan kasta yang terdiri dari para pedagang. Teori ini dikemukkan oleh Dr. N. J. Krom.
d. Teori Sudra
Golongan Sudra merupakan tatanan kasta yang paling rendah, meliputi; budak, pengemis serta golongan rakyat biasa. Golongan Sudra ini dianggap telah menyebarkan langsung agama Hindu dan Budha ke Indonesia sebab orang-orang yang tergolong dalam kasta ini dianggap sebagai orang-orang buangan. Mereka dibuang ke Indonesia bersamaan golongan Wisya dan Ksatria.
Dari beberapa teori bagaimana kedataan agama Hindu dan Budha di atas terdapat beberapa kekurangan, diantaranya dikarenakan kitab-kitab Weda ditulis dalam bahasa Sansekerta jadi tidak mungkin diluar golongan Brahmana dapat menyebarkan secara langsung ke Indonesia. Sebaliknya dalam kepercayaan India kuno golongan Brahmana tidak boleh menyebrang lautan luas, sehingga penyebaran ke Indonesia mustahil dibawa langsung oleh golongan Brahmana.
Menanggapi kelemahan dan kekurangan dalam teori di atas, maka muncullah teori lain yang disebut teori arus balik. Teori arus balik ialah Agama Hindu dan Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Indonesia sendiri. Para penguasa lokal mengirim utusan untuk belajar langsung ke pusat agama Hindu dan Budha di India. Mereka kemudian pulang dan menyebarkan kepercayaannya ke masyarakat luas.
(Sumber: http://www.riswanto.com/2013/09/sejarah-masukknya-pengaruh-agama-hindu.html)
2. Pengertian Hindu Dharma dan Buddha Dharma
a. Pengertian Hindu Dharma
Hindu Dharma ialah suatu sebutan untuk umat Hindu yang ada di Indonesia. Hindu Dharma berkembang dikalangan orang Bali, sekitar 95% dari jumlah penduduk bali menganut kepercayaan Hindu Dharma. Agama Hindu di Bali merupakan campuran antara Hindu dan kepercayaan penduduk setempat, yakni agama Thirta. Sehingga terbentuklah ajaran Hindu Dharma di Bali yang lebih dilandasi adat dan tradisi.
(Sumber: Tony Tedjo, Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hucu, (Pionir Jaya, Bandung: 2011). Hal: 44-45
b. Dharma adalah Ajaran yang dibabarkan oleh Hyang Buddha setelah Beliau mencapai Penerangan Sempurna. Selama 49 tahun (menurut catatan Theravada 45 tahun), yaitu mengenai RAHASIA KESUNYATAAN HIDUP MANUSIA DAN ALAM SEMESTA, yang tercatat dalam KITAB SUCI AGAMA BUDDHA. Kitab suci Agama Buddha disebut Tri PitakaYang artinya 3 keranjang yang terdiri dari tiga bagian yaitu:
1.Sutra pitaka (berisi Ajaran Hyang Buddha.
2.Vinaya pitaka (berisi peraturan-peraturan)
3.Sastra pitaka (risalah/ komentar),
Pada sekte Theravada disebut Abhidhamma.
Cara menulisnya terdiri dari 12 bagian :
* Khotbah yang disesuaikan dengan keadaan para pendengarnya.
* Syair dalam Sutra, terutama dciam Samyukta Nikaya.
*Syair-syair pendek (Dhammapada).* Menerangkan hubungan sebab akibat, terutama dalam Abhidhamma.
* Sutra yang didahului denga kata "Demikianlah yang telah dikatakan oleh Sang Bhagava" (Dibaca oleh Ananda Arhat).
* Cerita kehidupan lampau Hyang Buddha sewaktu sebagai Bodhisattva.
* Semua Sutra yang berhubungan dengan Keajaiban.
* Cerita kehidupan para siswa terkemuka Hyang Buddha.
* Sutra yang berbentuk tanya jawab untuk menguji hasil pencapaian seseorang.
* Ungkapan rasa gembira akibat pencapaian batin yang lebih tinggi.
* Sutra yang diuraikan panjang lebar, yang menerangkan Jalan KeBodhisattvaan atau Dharma Bodhisattva.
* Kotbah tentang ramalan-ramalan atau perumpamaan- perumpamaan.
Pada mulanya Tri Pitaka ditulis di atas daun lontar dan diletakkan di dalam 3 buah keranjang. Kemudian kurang lebih 400 tahun setelah Hyang Buddha Parinirvana, barulah Tri Pitaka baru disajikan dalam bentuk tulisan.
Sebelum dituliskan, Ajaran Buddha dihafalkan berupa kanon pada setiap upacara, baik dalam bahasa Pali maupun dalam bahasa Sansekerta. Pembacaan Dharma pada konsili pertama dilakukan oleh Arhat Ananda, dan Vinaya dibacakan oieh Arhat Upali. Untuk selanjutnya Dharma dan Vinaya dihafalkan oleh Bhiksu-Bhiksu senior yang ahli di bidangnya. Dengan demikian keaslian dan kemurnian Ajaran Hyang Buddha tetap dapat dipertahankan.
INTI POIN HYANG BUDDHA adalah ;
TIDAK MELAKUKAN PERBUATAN JAHAT
PERBANYAK PERBUATAN KEBAJIKAN
SUCIKAN HATI DAN PIKIRAN
Yang tertuang dalam HUKUM KARMA / HUKUM SEBAB AKIBAT
PRAKTEKNYA harus dengan JALAN MAHAYANA yaitu :
Maitri Karuna Landasan Kebodhiaan Sad Paramita pedoman penghayatan Membalas 4 budi besar Menolong 6 alam tumimbal / lahir Melaksanakan Tekad Bodhisattva.
MEWUJUDKANNYA, untuk bisa mewujudkan dan melaksanakan Ajaran Buddha, kita harus mulai membina diri dengan berpedoman pada LIMA PINTU PENGHAYATAN DHARMA MEMASUKI TANAH- SUCI SURGA SUKHAVATI.
catatan : Empat Pedoman Perlindungan Penghayatan Dharma dalam Mahayana :
1.Sendiri beruntung dan membagi keberuntungan kepada orang lain.
2.Berlindung pada kebijaksanaan, tidak berlindung pada pengetahuan (Berlindung pada pengertian yang sesungguhnya, tidak berlindung pada pengertian bahasa).
3.Berlindung kepada Dharma, tidak berlindung kepada manusianya.
4.Berlindung kepada Yang Maha sempurna , tidak berlindung kepada yang tidak sempurna.
Sepuluh Tekad Bodhisattva :
1.Menghormat dan memuliakan dengan sungguh-sungguh hati kepada semua Buddha
2.Menyampaikan pahala dan kebajikan para Buddha
3.Melatih diri dengan melakukan persembahan kepada para Buddha dan berdana.
4.Malu, menyesal dan bertobat yang sedalam-dalamnya atas perbuatan yang buruk (akusala Karma)
5.Bergembira, mengikuti dan membantu perbuatan yang bermanfaat untuk kepentingan orang banyak
6.Memohon dan mengundang berputarnya roda Dharma.
7.Mengharapkan Buddha berdiam di dunia ini/mengharapkan memperoleh kesadaran dalam kehidupan
8.Selalu melaksanakan hidup sesuai dengan Ajaran Hyang Buddha.
9.Selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan demi mengabdi untuk kepentingan makhluk lainnya.
10. Membagi kebahagiaan ini kepada semua makhluk ini kepada semua makhluk/ Mengembangkan jasa ke sepuluh alam (Dasa Dharmadhatu) yaitu :
- Buddha-dhatu
- Bodhisattva-dhatu
- Sravaka-dhatu
- Manusya-dhatu
- Deva-dhatu
- Asura-dhatu
- Naraka-dhatu
- Preta-dhatu
- Triyak-dhatu
- Pratyka-dhatu
Empat Tekad Penghayatan :
1.Dengan tekad kemauan dan usaha sendirilah kami dapat menolong diri sendiri.'
2.Dengan tekad kemauan dan usaha sendirilah kami dapat memutuskan / melenyapkan penderitaan (karma buruk).
3.Dengan tekad kemauan dan usaha sendirilah kami dapat menghayati kesunyataan Dharma.
4.Dengan tekad kemauan dan usaha sendirilah kami dapat sampai tercapai Jalan KeBuddhaan).
(Sumber: http://www.chingtu.net/index.php/buddha-dharma/buddhadharma/55-pengertian-tentang-buddha-dharma-sangha)
3. Interaksi dengan kebudayaan Indonesia dan perkembangannya
Perkembangan kebudayaan Hindu di Indonesia dimulai sejak ratusan tahun lalu. Perkembangan kebudayaan Hindu di Indonesia dimulai dengan lahirnya kerajaan-kerajaan Hindu. dimulai dari Kerajaan Kutai pada abad ke-4. Kemudian Kerajaan Tarumanagara (358–669), Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11), Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9) Kerajaan Medang (752–1045), Kerajaan Sunda (932–1579), Kerajaan Kediri (1045–1221), Kerajaan Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14), Kerajaan Singhasari (1222–1292), Kerajaan Majapahit (1293–1500), hingga Kerajaan Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15).
Sejarah panjang tersebut tentu saja memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan agama Hindu di Indonesia. Hingga saat ini, Bali merupakan pusat masyarakat beragama Hindu yang sangat terkenal hingga ke mancanegara. Keunikan budaya yang sangat erat dengan nuansa Hindu ini tetap lestari hingga saat ini dan menjadi salah satu aset parwisata andalan Indonesia.
Selain itu, berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut juga telah meninggalkan jejak sejarah yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Bahkan, beberapa di antaranya menjadi wisata sejarah yang sangat menarik untuk disaksikan. Candi-candi yang ada di Indonesia merupakan bentuk warisan sejarah Hindu yang merupakan bukti berdirinya kejayaan Hindu di Indonesia.
Memang, sejarah panjang perkembangan agama Hindu di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah, budaya, dan pariwisata Indonesia. Bahkan, budaya Jawapun memiliki kaitan erat dengan sejarah kerajaan Hindu yang pernah berjaya. Beberapa nama-nama raja dan kerajaan, seperti Airlangga, Udayana, dan Brawijaya menjadi nama universitas terkemuka di Indonesia.
(Sumber: http://noerhanidahanif.blogspot.com/2013/03/pengaruh-kebudayaan-india-hindu-budha.html)
3. Persamaan dan perbedaan dengan Hindu dan Buddha di India
Persamaan Hindu dan Budha :
a. Sama-sama tumbuh dan berkembang di India
b. Selalu berusaha untuk meletakkan dasar-dasar ajaran kebenaran dalam kehidupan manusia di dunia ini. Diarahkan pada tindakan-tindakan yang dibenarkan oleh agama.
c. Tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari rasa kegelapan/ mengantarkan umat manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu kesempurnaan.
Perbedaan Hindu dan Budha :
HINDU
|
BUDHA
|
Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria dan bangsa Dravida
|
Muncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan yang diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain menuju kesempurnaan(nirwana)
|
Kitab sucinya, WEDA
|
Kitab Sucinya, TRIPITAKA
|
Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut Trimurti
|
Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/ pemimpin agama Budha
|
Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat diterima secara turun-temurun/didasarkan pada keturunan).
|
Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama.
|
Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak dan kewajiban seseorang
|
Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita
|
Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum pendeta/Brahmana dan disebarkan/ diajarkan pada golongan tertentu sehingga sering disebut agamanya kaum brahmana.
|
Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh semua orang tanpa memandang kasta
|
Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan menggunakan bahasa Sansekerta
|
Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan menggunakan bahasa rakyat sehari-hari, seperti bahasa Prakrit
|
Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai dengan bantuan/bimbingan pendeta
|
Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan dengan usaha sendiri yaitu dengan meditasi
|
Seorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan sejak lahir.
|
Kehidupannya ditentukan oleh darma baik yang berhasil dilakukan semasa hidup
|
Mengenal adanya kelahiran kembali setelah kematian (reinkarnasi)
|
Tidak menenal reinkarnasi tetapi mengenal karma
|
Dibenarkan untuk mengadakan upacara korban
|
Tidak dibenarkan mengadakan upacara korban
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar