Selasa, 24 Juni 2014

AJARAN HINDU DHARMA TENTANG KONSEP TUHAN

1. Konsep Tuhan/Dewa

Dalam agama Hindu, hanya ada satu Allah yang di puja melalui berbagai bentuk dan cara. Allah yang satu ini disebut Brahman. Brahman adalah roh yang paling tinggi , diluar jangkauan manusia, tidak terbatas oleh waktu dan ruang. Brahman dapat dijumpai diseluruh alam semesta. Dia di atas segalanya. Dia adalah asal dari segala ciptaan hakikat, rahasia, hakikat suka cita, dan sang sejati). Selain Allah, orang Hindu juga mempercayai adanya para dewa, yang dihormati dan disembah oleh mereka. Konsep agama hindu mengenai ketuhanan dapat digolongkan ke dalam beberapa bentuk, yaitu: Monisme (paham yang beranggapan bahwa semua kehidupan adalah zat); Panteisme (paham yang beranggapan bahwa semua kehidupan bersifat ketuhanan); Panenteisme (paham yang beranggapan bahwa Tuhan adalah ciptaan jiwa dalam suatu tubuh); Animisme (paham yang menganggap Tuhan adalah dewa-dewa yang hidup dalam objek: bukan manusia, pohon, batu, atau binatang); Honoteisme (paham yang percaya kepada satu dewa yang dipuja dalam banyak keberadaan); dan Monoteisme (paham yang bercaya hanya kepada satu Tuhan).
(Sumber: Tony Tedjo, Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hucu, (Pionir Jaya, Bandung: 2011)

2. Tri Murti

Trimurti adalah tiga kekuatan Brahman (Sang Hyang Widhi) (sebutan Tuhan dalam agama Hindu) dalam menciptakan, memelihara, melebur alam beserta isinya.
Trimurti terdiri dari 3 yaitu:
Fungsi: Pencipta / Utpathi
Sakti: Dewi Saraswati yang merupakan dewi ilmu pengetahuan
Senjata: Busur
Simbol: A
Warna: Merah
Fungsi: Pemelihara / Sthiti
Sakti: Dewi Laksmi atau Sri
Senjata: Cakram
Simbol: U
Warna: Hitam
Fungsi: Penghancur / Pralina
Sakti: Dewi DurgaUma, dan Parwati
Senjata: Trisula
Simbol: M
Warna: Manca Warna
Apabila simbol dari ketiga dewa tesebut digabungkan, maka akan menjadi AUM yang dibaca "OM" (  ) yang merupakan simbol suci agama Hindu.
(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Trimurti)

3. Sembahyang
Salah satu ciri orang beragama adalah melakukan pemujaan pada Tuhan. Bagi umat Hindu di Bali pemujaan itu disebut sembahyang. Dalam agama Hindu mengenal dua sembahyang yaitu sembahyang sendiri yang disebut Ekanta dan sembahyang dengan cara bersama-sama atau berkelompok disebut Samkirtanam. (Drs. I Ketut Wiana, M.Ag, Sembahyang menurut Hindu, (Paramita, Surabaya:2006)
Adapun pelaksanaan sembahyang menurut Hindu ialah: 
a. Sikap Badan
Sebelum melaksanakan sembahyang, kita harus bersikap Asucilaksana yakni mensucikan diri dengan tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang tidak baik, tercela ataupun perilaku tidak terpuji lainnya. Disamping itu badan atau tubuh, pikiran dan jiwa kita pun harus benar-benar suci, bersih dan hening. Tubuh dapat dibersihkan dengan air (mandi). Sesudah itu pergunakanlah pakaian yang bersih. Kemudian pikiran dapat disucikan dengan cara melaksanakan ajaran agama, selalu memikirkan hal-hal yang baik dan benar.
Sikap badan atau asana pada waktu sembahyang dapatr diatur seperti di bawah ini:
  • Dengan cara duduk bersila (Padmasana) untuk laki-laki
  • Dengan cara duduk bersimpuh (Bajrasana) untuk wanita
  • Dengan cara berdiri (Padasana) dengan memperhatikan situasi/kondisi setempat

b. Sikap Batin
Dalam bersembahyang kita hendaknya selalu berusaha untuk menjaga sikap batin sebagaimana diuraikan di bawah ini:
1. Bersikap tenang dengan hati yang suci.
2. Percaya sepenuhnya terhadap adanya Tuhan.
3. Penyerahan diri secara total dan tulus ikhlas kepada-Nya.
4. Sembahyang hendaknya tidak mempunyai tujuan untuk memperoleh mukjizat atau kesaktian.

c. Sikap Tangan
1. Bersembahyang kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, kedua tangan dicakupkan diatas dahi, sehingga ujung jari tangan berada diatas ubun-ubun.


2. Bersembahyang kehadapan para dewa (Dewata), cakupan jari tangan ditempatkan di tengah-tengah dahi dengan ujung kedua ibu jarii tangan berada di antara kedua kening.


3. Bersembahyang kehadapan pitara, cakupan jari tangan ditempatkan di ujung hidung, dengan kedua ujung ibu jari tangan menyentuh hidung.


4. Bersembahyang kehadapan Bhuta, cakupan tangan diletakkan di hulu hati, dengan ujung jari tangan mengarah ke bawah.
(Sumber: Drs. K.M. Suhardana, Pedoman Sembahyang Umat Hindu, (Paramitha, Surabaya: 2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar