Yadnya adalah berarti kurban suci yang
dilaksanakan dengan tulus ikhlas dalam ajaran Agama Hindu. Kata ini
berasal dari Bahasa Sanskerta: यज्ञ (yajña)
yang merupakan akar kata Yaj, yang berarti memuja, mempersembahkan atau korban
suci.[1]
Bila direnungkan tujuan diadakannya sebuah Yadnya yaitu untuk membalas Yadnya
yang dahulu dilakukan oleh Ida Sang Hyang Widhi ketika menciptakan alam semesta
beserta isinya. Hal tersebut dapat kita lihat dari sloka dibawah ini:
“sahayajnah
prajah srishtva, paro vacha pajapatih,
Anema prasavish
dhvam, esha yostvisha kamaduk”
Artinya:
Pada zaman dulu
kala Praja Pati (Tuhan Yang Maha Esa) menciptakan manusia dengan Yadnya dan
bersabda. Dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamanduk
(memenuhi) dari keinginanmu.
Dari sloka di
atas dapat kita lihat secara jelas, bahwa kita melaksanakan Yadnya atas dasar
Tuhan mengawali menciptakan dunia besrta isinya berdasarkan Yadnuhan itu
diteruskan agar kehidupan di dunia ini berlanjut terus dengan saling beryadnya.
Bukankah akibat
dari Tuhan berbuat Yadnya itu menimbulkan Rnam (hutang). Kemudian agar tercipta
hokum keseimbangan, maka rnam itu harus dibayar dengan Yadnya (Tri Rna). Tri
Rna ini dalam kehidupan sehari-hari dapat dibayar dengan melaksanakan Panca
Yadnya. Dimana Dewa Rna dibayar dengan Dewa Yadnya dan dibayar dengan Bhuta Yadnya,
kemudian Rsi Rna dibayar dengan Rsi Yadnya, dan yang terakhir yaitu Pitra Rna
dibayar dengan Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya.
Memang konsep
Agama Hindu adalah mewujudkan keseimbangan. Dengan terwujudnya keseimbangan
berarti terwujud pula keharmonisan hidup yang didambakan oleh setiap orang di
dunia ini. Untuk terwujudnya keseimbangan tersebut dalam Umat Hindu diajarkan
Tri Hita Karana yaitu tiga factor yang menyebabkan terwujudnya suatu
kebahagiaan.
Berkaitan dengan
itu, dalam Bhagawadgita III.2 menyebutkan:
“ishtan bhogan
hivodeva, donsyante yajna bhavitah,
tair dattan
apradayabho, yobhunkte stena eca sah”
Artinya:
Dipelihara oleh
Yadnya Para Dewa, akan memberikan kamu kesenangan yang kamu inginkan. Ia yang
menikmati pemberian ini, tanpa memberikan balasan kepadanya adalah pencuri.
Selanjutnya
seloka Bhagawadgita III.13 menyebutkan:
“yajna sisyah
sinah santo, nucyanta sarwa kilbisaih,
bhujate tuagham
papa, ye pacauty atmakatanat”
Artinya:
Orang yang baik,
maka apa yang tersisa dari Yadnya, mereka itu terlepas dari segala dosa, akan
tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan kepentingan sendiri, mereka
itu adalah makan dosanya sendiri.
Jadi dengan
petikan sloka di atas dapat ditegaskan bahwa Yadnya itu bertujuan untuk
melangsungkan kehidupan yang berkesinambungan yaitu dengan cara:
Membayar Rna
(hutang) untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Melebur dosa
untuk mencapai kebebasan yang sempurna[2].
2. Macam-macam
Yadnya
Dalam
praktik agama Hindu di Bali, terdapat lima
jenis Yadnya yang disebut dengan Panca Yadnya, yaitu:
· Dewa Yadnya adalah yadnya
yang dilakukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
· Rsi Yadnya adalah yadnya
yang dilakukan kepada para rsi atas jasa-jasa beliau membina umat dan
mengembangkan ajaran agama.
· Pitra Yadnya adalah
yadnya yang dilakukan kepada para roh leluhur termasuk kepada orang tua yang masih hidup.
· Manusa Yadnya adalah
yadnya yang dilakukan kepada sesama manusia.
· Bhuta Yadnya adalah
yadnya yang dilakukan kepada para Bhuta Kala yang bertujuan untuk menetralisir kekuatan alam sehingga menjadi harmonis.
Yadnya yang dilaksanakan
setiap hari disebut dengan Yadnya Sesa, dalam bahasa Bali disebut
dengan mesaiban.[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar